Sabtu, 13 Agustus 2011

Anomi

Anomi (1) kurang tujuan, identitas, atau nilai pada seseorang atau masyarakat –kekacauan, tidak acuh, atau ketidakmenentuan. (2) tidak memiliki norma –kondisi mayarakat yang ditandai dengan adanya pelanggaran norma yang mengatur prilaku orang dan menata masyarakat. (3) ketidaktentraman, keterasingan, dan ketidakpastian yang muncul dari kurangnya tujuan atau cita-cita.

Apakah Anomi?
Anomi berarti keterasingan yang diakibatkan karena individu atau kelompok tidak memiliki nilai dan norma. Keterasingan ini terjadi karena Individu tidak merasa menyatu dengan limgkungan dimana dia berada (rumah atau tempat kerjanya). Selama individu tersebut tidak memiliki dasar nilai atau keyakinan dan norma yang kuat, maka anomipun akan tetap ada. Bila anomi sudah masuk dalam organisasi, anomi bisa melemahkan ikatan dan tali sosial yang biasa menyatukan para pekerja dalam organisasi. Begitu pula bila anomi masuk dalam lingkungan keluarga maka hubungan antar elemen dalam rumah tanggapun akan melemah dan dapat menyebabkan perceraian dan perpecahan.

Sekarang ini, pengetahuan akan pentingnya nilai terus meningkat, namun masyarakat masih tetap belum bisa mewujudkannya; tidak ada langkah yang diambil dalam memulai dan memunculkan proses pengambilan nilai.
Apakah anomi benar-benar ada?
Mungkin tempat kerja anda dipenuhi dengan orang-orang yang mengerjakan tugasnya dengan kurang semangat, atau kreatifitas. Hal ini terjadi karena tidak adanya kepastian atau kurangnya keyakinan atas pekerjaan dan organisasnya. Arti dan kepuasan diri pada pekerjaannya hilang, mereka merasa terasing, tertinggal, dan terlepas dari rekan dan organisasinya. Walaupun teknik-teknik manajemen yang baru mulai diterapkan misalnya total quality management, reengineering, dsb, namun kesemuanya belumlah efektif karena hal yang mendasar dalam organisasi yakni struktur nilai dan norma hilang, dilanggar, atau melemah.

Andapun bisa bertanya pada diri and sendiri, apakah anda memiliki sikap professional pada pekerjaan? Apakah anda ikut serta dalam pengambilan keputusan? Apakah anda merasa memberikan kontribusi yang berarti untuk pertumbuhan organisasi? Apakah kepercayaan diri dan penghargaan diri anda bertambah dengan lingkungan kerja anda? Apakah anda merasa dihirmati oleh para pekerja yang lain dan oleh para manajer? Apakah pekerjaan anda memberikan kepuasan dan nilai pada anda? Apakah orang lain dalam organisasi anda peduli dengan kebutuhan, nilai, dan aspirasi anda? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas seringkali membuat anda bingung, banyak orang biasanya menjawab tidak untuk pertanyaan tersebut diatas. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan norma dan nilai.

Perlu diketahui, kurangnya nilai dan norma menghancurkan setiap bentuk organisasi, tidak hanya perusahaan-perusahaan besar yang terpengaruh tapi juga perusahaan kecil, biro hokum, toko retail, dinas kepemerintahan, sekolah, atau bahkan restoran. Karenanya, perlu adanya perubahan mendasar di tempat kerja kita baik dalam prinsip ataupun dalam praktek. Masalahnya tidak bersifat eksternal, namun internal. “Jiwa dan ruh” hampir semua organisasi hilang; norma dan nilai yang bisa mengembangkan dan menuntun individu serta organisasi tidak lagi terlihat. Pemecahannya tidaklah gampang, norma dan nilai menghilang dari organisasi lewat proses waktu, begitu pula untuk mengembalikannya perlu juga waktu.

Apakah organisasi anda memiliki anomi?
Untuk mengetahui apakah anomi ada pada organisasi anda, jawablah quiz berikut:
Apakah Organisasi Anda Memiliki Anomi
Bila anda sudah bisa mengindikasikan adanya anomi pada organisasi anda, karena sifatnya yang menular maka anda harus segera menanganinya dengan memberikan motivasi dan memberdayakan asset berharga yakni sumber daya manusia. Mereka harus dilibatkan dalam pembentukan nilai dan norma dalam setiap aspek pekerjaan. Pemimpin harus terbuka, jujur, dan responsive atas segal hal yang terjadi sehingga bisa menciptakan lingkungan yang mampu mendorong para karyawan untuk berkembang, berprestasi dan memiliki kepercayaan. Walaupun terlalu naïf dengan mengatakan bahwa nilai dan norma bisa memecahkan permasalahan sosial ini, namun paling tidak kita sudah mulai dengan permasalahan yang mendasar yakni kurangnya nilai dalam penerapan program, reformasi, hukum, serta kebijakan. Dan sekarang saatnya kita bangun dan sadar bahwa anomi lambat laun bisa menjadi penyebab hancurnya perusahaan-perusahaan atau organisasi anda.

Kita harus mengembalikan norma dan nilai pada organisasi dengan cara melibatkan semua karyawan dalam pengembangan serangkaian nilai yang mereka yakini dan norma yang bisa membimbing perilaku mereka. Nilai-nilai yang bisa kita tumbuhkan misalnya kepedulian pada orang lain, perhatian, pertimbangan, kebaikan, dan penghargaan pada orang lain. Sedangkan norma yang bisa dikembangkan di tempat kerja misalnya dengan mendorong individu berkembang, bukan mengeksploitasinya.

Dalam menghambat laju anomi, para pemimpin organisasi perlu menjalankan lima norma dalam mengembangkan pola pikir berbasis nilai, yaitu:

1. Menjadikan tempat kerja yang plural
Organisasi harus mendorong dan menghargai adanya perbedaan pada orang misalnya pada usia, jenis kelamin, etnik, agama, latarbelakang sosial, kepribadian, tingkat kecerdasan, politik, ras, dsb. Perbedaan harus dihargai bukan dihakimi atau dibeda-bedakan sebagaimana yang disampaikan John Gardner, professor dari Harvard, yang meyakini bahwa setiap orang potensial memiliki enam dari bentuk-bentuk kecerdasan yaitu kecerdasan berbahasa, logis, music, spatial, kinestetik, interpersonal dan intrapersonal. Ini berarti para karyawan dalam organisasi memiliki bentuk kecerdasan yang berbeda-beda, tidak ada satu yang lebih baik dari yang lain. Perbedaan ini harus dijadikan sebagai keunggulan dan kepemimpinan harus mengakomodasi perbedaan ini untu memaksimalkan efektifitas dalam berorganisasi. Dalam situasi ini masing-masing karyawan merasa dianggap penting dalam organisasi sehingga para pemimpinpun bisa terbantu dalam menangani anomi.

2. Berperan sebagai pendorong (advocate)untuk para karyawan
Seorang pemimpin perlu memiliki pola pikir untuk melayani karyawan bukan karyawan yang melayani pemimpin organisasi. Langkah ini sangat penting dalam menghilangkan anomi dari organisasi. Dalam hal ini para pemimipin harus mengubah pola pikirnya untuk bisa memahami peran barunya dalam membantu dan mendorong karyawan sebisa mungkin. Advocate diartikan sebagai orang yang mempertanyakan penyebab, penyokong atau pembela, atau seseorang yang bersumpah atas nama orang lain. Dengan kata lain pemimpin harus bisa membantu karyawan untuk memunculkan potensi, menambah dan mengembangkan kecerdasannya, menentukan peran yang paling efektif, menjadikan pekerjaan memiliki arti, dan menerapkan norma dan nilai yang telah disepakati.

3. Menjadi guru yang sokratis
Agar bisa menciptakan lingkungan kerja yang penuh pembelajaran, para pemimpin harus menjadi guru, tepatnya guru yang sokratis. Caranya yaitu dengan mendorong karyawan menerapkan keterampilan, pemahaman, pengalaman sebelumnya dan kecerdasannya untuk menangani maslah mencari solusi dan melakukan tindakan-tindakan tertentu. Intinya pemimpin berperan membantu para karyawannya belajar menemukan dirinya sendiri.
Guru yang sokratis menciptakan lingkungan dimana orang belajar dari pencapaian dan kesalahannya sendiri. Dalam hal ini budaya risk taking(berani mengambil resiko) perlu didorong bahkan dihargai. Selain itu, feedback positif perlu terus diberikan untuk menciptakan proses pembelajaran dan penerapan, sehingga karyawan merasa lebih terbuka dalam mengungkapkan nilai dan kontribusinya untuk organisasi.

4. Menjembatani orang pada misi
Setiap karyawan perlu membuat dan membangun jembatannya sendiri dari nilai menuju organisasi. Nilai-nilai tersebut bisa mnedorong seluruh pekerja untuk memahami mengapa mereka kerja di pagi hari dan merasa nyaman dengan hal tersebut. Para karyawn ingin membantu organisasi dalam mencapai misi, tujuan, dan harapan. Seorang Pemimpin harus membantu keinginan karyawan ini menjadi kenyataan dengan menempatkan mereka dalam peran yang tepat, memberikan pelatihan dan kebebasan dalam mewujudkannya, serta memberikan penghargaan berdasarkan kinerja.

5. Memunculkan sikap professional
Seorang pemimpin perlu memiliki sikap yang professional; harus mampu menyebarkan kesenangan, kehangatan rasa dari setiap apa yang dikatakan ataupun apa yang dilakukan. Dengan kata lain, pemimpin harus mampu membuat yang dipimpinnya merasa senang dengan pekerjaannya, mersa bangga dengan tugasnya, dan secara emosi merasa bertanggung jawab dengan teman sejawatnya. Pemimpin perlu mendorong tenaga kerjanya agar perusahaan bisa lebih produktif, efektif, kompetitif, dan menguntungkan, sebagaiman digambarkan dibagian awal bab ini, untuk mencapai kesuksesan di institusi kerja kita harus mendorong individu untuk memunculkan nilai pribadinya, menggunakan nilai tersebut sebagai bagian dari norma dan nilai organisasi, dan memberdayakan pemimipin yang bisa memperbaharui organisasi dan para karyawannya. Organisasi kerja kita harus bisa membentuk nilai yang mampu menghilangkan anomi dan memberikan keyakinan pada para karyawannya. Dan bila hal ini tidak muncul, maka perusahaan atau organisasi anda akan tetap berada dalam masalah.

Source:
Kuczmarski dan Kuczmarski. 1995. Values-Based Leadership(Bab I dan II. New Jersey:Prentice Hall)

1 komentar:

  1. Casinos in Malta - Filmfile Europe
    Find the best Casinos in Malta including bonuses, septcasino games, games www.jtmhub.com and the nba매니아 history 메이피로출장마사지 of games. We cover all the main reasons to 바카라사이트 visit Casinos in

    BalasHapus