Sabtu, 13 Agustus 2011

Model Coaching InDiCom


Visi tanpa pelaksanaan hanyalah merupakan halusinasi
- Steve Case

Kebanyakan orang tidak mempunyai cara yang sistematis untuk menganalisa apa yang diperlukan dalam coaching karena mereka tidak memiliki dasar atau model yang bisa digunakan. Kalaupun berhasil, seringkali mereka tidak tahu mengapa berhasil.

Berikut adalah model coaching yang bisa digunakan untuk setiap kegiatan coaching untuk membantu baik yang sudah sukses maupun yang belum sukses. Coaching ini bisa sebentar bisa juga lama dan bisa digunakan untuk membantu seseorang dalam mengidentifikasi permasalahan yang perlu dihadapi serta mencari pemecahannya. Jenis coaching ini disebut InDiCom model yang merupakan bagian dari prisma coaching. Model ini terbagi ke dalam tiga tahapan yakni

1. Tahap 1: Melibatkan (Involve)
2. Tahap 2: Menemukan (Discover)
3. Tahap 3: Commit
Model ini disebut InDiCom dengan menyingkat dua hurup awal setiap tahapan. Berikut penjelasan dari setiap tahapan:
Tahapan I: Melibatkan (Involve)
Tujuan dari tahapan ini ialah mencari tahu mengapa pembicaraan harus dilakukan. Biasanya coaching dilakukan untuk memecahkan permasalahan, membicarakan sebuah topik, menangani permasalahan kinerja, atau untuk mengumpulkan pendapat. Untuk itu hal penting yang harus dilakukan adalah memperjelas tujuan dari setiap pembicaraan dan menentukan harapan yang diinginkan. Secara lebih rinci berikut beberapa tujuan yang harus dicapai terlebih dahulu sebelum maju ke tahapan ke dua, yakni:
a. Memperjelas Tujuan dan Harapan
Tujuan merupakan dasar mengapa pembicaraan dalam coaching harus dilakukan sedangkan harapan merupakan dampak, hasil, potensi atau kesempatan.. Seorang coach harus mendorong orang binaannya agar terbuka dan mengarahkannya supaya bisa menemukan tujuan atau harapan yang lebih spesifik. Selain itu perlu juga didorong agar binaan mempunyai kepercayaan terhadap coach. Dalam hal ini seorang coach tidak harus memecahkan permasalahan namun paling tidak membawa binaan menuju pemecahan yang diinginkan.
b. Menumbuhkan kepemilikan (Ownership)
Peran seorang coach adalah membantu binaannya agar bisa menyadari kepemilikannya pada permasalahan. Yang harus merasa memiliki bukanlah coach tapi binaan. Secara sederhana ini bisa dilakukan misalnya dengan menghindari kata-kata “kita” tapi menggunakan kata “anda” (Misalnya, Apa yang bisa anda lakukan untuk …..)
c. Menilai Kesenjangan (Gap)
Binaan harus didorong untuk mengetahui kondisi mereka sekarang dan kondisi yang diinginkan. Dengan mengetahuinya, binaan akan memiliki arah pasti tentang apa yang harus diraih. Berikut contoh pembicaraan yang bisa dilkaukan:
- “Tolong ceritakan seperti apa keadaannya sekarang.” (tunggu jawaban)
- “Sekarang ceritakan yang anda inginkan”
- “Bila disekala dari 1 hingga 10 untuk yang paling ideal, kira-kira berapa nilai untuk kondisi sekarang?”
- “Berapa nilai yang anda harapkan?”
- “apa sebenarnya yang anda cari?”

Tahapan 2: Menemukan (Discover)
Tahap ini merupakan jantungya setiap pembicaraan dalam coaching, saat dimana seorang coach harus menemukan inti dari permasalahan. Biasanya binaan tidak benar-benar bisa mengatakan inti dari permasalahan dan seorang coach dalam hal ini perlu membantu mereka mengarahkan dan menemukan inti dari permasalahan tersebut. Dalam tahapan ini seorang coach juga membantu binaan agar bisa memperkecil atau menghilangkan kesenjangan antara kondisi sekarang dengan kondisi yang diinginkan serta mendorong mereka mampu menentukan apa dan bagaimana untuk mewujudkan harapan yang dimilikinya.
Tahapan ini bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi terkait dengan permasalahan yang dihadapi, kemudian mendorong binaan untuk menemukan kemungkinan pemecahannya, membicarakan strategi untuk memecahkannya, dan kemudian mempelajari dengan menambah pengetahuan, keterampilan serta informasi agar bisa membuat rencana tindakan.
Pembahasan diatas menunjukan bahwa ada dua tujuan yang harus terpenuhi sebelum masuk ke tahapan selanjutnya, yakni:
a. Menemukan akar permasalahan
Metode ilmiah harus dilakukan untuk mengetahui akar dari permasalahan karena permasalahan yang dikatakan seringkali bukanlah merupakan akar dari permasalahan yang sebenarnya. Salah satu caranya yakni dengan menanyakan beberapa pertanyaan yang bersifat provokasi, tidak memulai pertanyaan degan mengapa (why) tapi memulai dengan “apa” dan “bagaimana” berikut contoh percakapan yang bisa dilakukan:
- Apa yang membuat anda berpikiran seperti itu?
- Apa yang anda harapkan dari mereka?
- Bagaimana anda bisa mengetahui apa yang diinginkannya dari anda?
- Apa peran yang bisa anda lakukan dalam hal ini?
- Bagaimana anda meningkatkan hubungan yang lebih baik?

b. Menggali Alternatif
Coaching yang berhasil harus mampu mendorong binaan untuk bisa mengumpulkan alternatif dan menemukan sendiri pemecahan yang bisa dilakukannya. Namun demikian harus disadari bahwa, coach yang terampil bukan berarti harus memecahkan permasalahan dari binaannya tapi mengarahkan agar mereka bisa melakukannya sendiri. Hal ini penting sehingga binaan memiliki kemandirian dan tidak tergantung pada seorang coach sehingga binaan bisa menjadi para pemecah masalah (problem solver). Seorang coach perlu mendorong binaannya agar mengalami semuanya sendiri, belajar dari kesalahan, belajar menerapkan gagasan dan pemecahan atas permasalahan dan situasi yang dihadapainya. Berikut beberapa arahan pertanyaan yang bisa diberikan agar binaan memiliki sendiri alternatif yang bisa diterapkannya kemudian , yakni:
- “Bila anda dimintai saran untuk orang yang mengalami hal yang sama dengan anda, kira-kira apa saran anda?”
- “Apakah anda pernah mengalami hal yang mirip seperti ini sebelumnya? “Bagaimana cara anda menganinya saat itu?”
- “Kira-kira apa yang akan disarankan teman anda untuk situasi yang anda hadapai ini?”
Walaupun seorang coach harus menghindari diri untuk tidak memberi saran, namun ada saat atau kondisi dimana memberi saran perlu dilakukan. Hal ini tentunya dilakukan bila binaannya tidak merasa keberatan dengan saran kita, oleh karena itu perlu meminta izin dulu. Mungkin kita bisa mengatakannya dengan cara: “apakah anda memerlukan saran saya?” “bila anda tidak keberatan, saya mempunyai alternatif pemecahan yang mungkin bisa digunakan.”. saran yang kita berikan tentunya diberikan pada saat setelah binaan diberi waktu dan kesempatan untuk melakukannya sendiri.

Tahapan 3: Commit
Tujuan dari tahapan ini adalah mengarahkan binaan agar memiliki komitmen dengan membuat rencana tindakan yang diyakini, dibuat dan diinginkan oleh binaan itu sendiri. Komitmen ini bisa lebih kuat dengan mengetahui kemungkinan hambatan yang akan dihadapi. Tahapan ini juga sekaligus merupakan tahap akhir dari proses coaching, oleh karenanya perlu ada yang menanda berakhirnya proses. Adapun tujuan dari tahapan ini ialah:
a. Membuat rencana tindakan
Rencana tindakan ini merupakan langkah atau tindakan yang akan dilakukan guna menangani permasalahan yang dihadapi oleh binaan itu sendiri. Rencana tindakan ini bisa dibuat dari mulai bentuk yang sederhana dengan mendaftar apa yang akan dilakukan pada langkah pertama, kemudian, kedua, dan kemudian langkah-langkah selanjutnya. Atau juga bisa dibuat dalam bentuk yanga agak rumit dengan membuat rencana tindakan untuk lima sampai sepuluh tahun dengan masing-masing langkah yang diambil serta tujuan yang ingin dicapai dari setiap tahunnya.
Baik bentuk yang sederhana maupun yang rumit, rencan yang baik harus memenuhi criteria berikut yaitu:
- Rencana merupakan refleksi keinginan dari binaan mengenai pendapat dan keputusannya.
- Rencana tindakan perilaku nyata dan bisa diamati dan memiliki tujuan yang lebih dari biasanya.
- Rencana tindakan memiliki tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
- Rencana tindakan memiliki alat guna mengukur perkembangan dan kesuksesan yang terjadi
Dalam tahapan terakhir ini seorang coach harus memastikan bahwa rencana tindakan yang akan diambil oleh binaannya betul-betul spesifik dan mengarah pada pemecahan akar permasalahan. Berikut contoh mengarahkannya:
- “apa yang pertama kali akan anda lakukan untuk melaksanakan rencana anda?”
- “Secara khusus, apa yang ingin anda peroleh dari hal tersebut?”
- “Bagaimana anda memulainya?”
- “Ceritakan apa rencana anda!”

b. Menghilangkan Hambatan dan Rintangan
Dengan mendorong binaan mengethui rintangan dan hambatan yang mungkin terjadi, diharapkan merekaakan memiliki komitmen yang lebih baik dalam membuat dan menerapkan rencana yang mereka pilih. Bila binaan merasa tidak akan memiliki rintangan atau hambatan, seorang coach harus mengarahkan mereka untuk bisa melihat sebuah kondisi atau permasalahan dari berbagai sudut pandang. Hal ini penting agar mereka bisa lebih siap dalam menerapkan rencana tindakan yang mereka buat. Berikut beberapa pertanyaan yang bisa dilontarkan:
- “ apakah ada hal lain yang perlu dipertimbangkan?”
- “anda kedengarannya sangat komit dengan rencana anda. Kira-kira apa yang bisa mengganggu anda dalam melaksanakan rencana anda?”
- “apa yang bisa anda lakukan untuk memastikan suksesnya rencana anda?”
- “apa kira-kira rencana cadangannya?”
- “kira-kira apa hambatan yang akan hadapi? Dan bagaimana anda mengatasninya nanti?”

c. Merekapitulasi
Merekapitulasi merupakan proses penyelesaian pembicaraan dalam coaching. Tujuannya adalah untuk member keyakinan pada binaan bahwa mereka sudah memperoleh kemajuan dan sudah memiliki komitmen. Langkah ini jangan sampai ketinggalan mengingat pentingya langkah ini bagi binaan sebagai kesimpulan dan pernyataan komitmen mereka terhadap apa yang akan dilakukan kemudian. Berikut beberapa pernyataan yang bisa dikatakan, misalnya:
- “Tolong anda simpulkan dalam satu atau dua kalimat tentang perasaan anda sekarang!”
- “tolong ceritakan apa yang bisa nda pelajari dari pembicaraan kita hari ini?”
Selain itu, bila nantinya binaan sudah merekapitulasi maka seorang coach harus memberikan dorongan dengan menunjukan dukungan dan persetujuannya pada apa yang sudah dipelajari binaan, rencana tindakan, kemajuan serta komitmennya pada rencana yang dibuat. Sebagaimana dinyatakan dalam bab 1 bahwa perasaan dihargai merupakan salah satu faktor penting dalam menumbuhkan komitmen. Oleh karena itu diakhir pembicaraan seorang coach harus meninggalkan kesan positif bagi binaannya untuk memperkuat keinginan dan komitmen binaan pada pa yang sudah dan akan dilakukannya kemudian. Berikut bebrapa contoh kata-kata penutup yang bisa dikatakan:
- “Saya tahu bukanlah hal mudah bagi anda untuk menemukan penyebab kinerja yang buruk dari tim anda pada triwulan ini. Namun anda sudah mampu melakukan analisis kerja dengan baik dan berdasarkan pada apa yang anda ceritakan, saya lihat tim anda cukup memiliki keberanian untuk melakukan apa yang harus dilakukan.”
- Saya tahu, pembicaraan kita sungguh terasa berat untuk anda. Anda begitu yakin dan jelas menggambarkan bagaimana anda akan menangani kesulitan yang sedang anda hadapi. Saya yakin sekali anda akan mampu mengatasi permasalahan tersebut dan juga mampu mencegah munculnya kembali permasalahan tersebut di kemudian hari.”
- Dsb
Selain itu juga jangan lupa untuk mengahiri pembicaraan dengan rencana kemudian untuk sesi follow up. Hal ini bisa dilakukan baik oleh coach atau oleh binaan seperti contoh berikut ini:
Oleh coach:
- “Kapan anda akan membicarakan perkembangannya?”
- “gagasan anda serta rencana anda hari ini begitu bagus. Saya akan senang untuk mendengarkan perkembangan selanjutnya bulan depan di hari Jumat.”
Oleh binaan:
- Apakah saya bisa menemui anda minggu depan untuk menceritakan perkembangannya?”
- Saya akan senang sekali menceritakan apa yang terjadi bulan depan.”

Source:
Chapter V in Coaching for Commitment: Achieveing Superior Performance from Individuals and Teams , Third Editiontransliterasi by Ade Johan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar